kasma stories

slamat datang di catatan sederhana dan g penting

Minggu, 30 Januari 2011

Cernak : Putri Muthia

Dalam rangka ulang tahun baginda raja, istana akan mengadakan rangkaian lomba. Lomba-lomba yang akan di adakan boleh diikuti oleh semua kalangan. Seminggu sebelum ulang tahun baginda raja, para pengawal dan dayang istana sudah terlihat sangat sibuk. Tak satupun diantara mereka yang terlihat santai.

Sang putri kerajaan, putri Muthia, berniat mengikuti salah satu lomba yang diadakan. Lomba yang ingin ia ikuti adalah lomba merangkai bunga. Merangkai bunga adalah salah satu kegemaran sang putri.

“ Bunda, nanda boleh mengikuti lomba yang diadakan istana tidak?”Tanya Putri, ketika dia sedang berjalan-jalan di taman istana, bersama dengan sang ibunda, sang permaisuri.

“waduh, ternyata nanda berniat mengikuti lomba ya?”

“Nanda, siapa pun boleh mengikuti lomba yang diadakan oleh istana, termasuk nanda.”
Putri Muthia, terlihat senang sekali mendengar ucapan ibundanya. Ia pun menarik tangan sang ibunda, untuk duduk di kursi yang ada di taman itu.

“Memangnya nanda mau mengikuti lomba apa” Tanya bunda, ketika mereka telah duduk di bangku taman.

“hmm....nanda ingin mengikuti lomba merangkai bunga, bunda” kata putri Muthia dengan malu-malu.

“kalau begitu, nanda harus menemui paman Arif. Karna beliau lah yang bertugas di pendaftaran lomba untuk tahun ini”

“wah masa harus nanda yang mendatangi paman Arif sih, bunda! Nanda kan seorang putri sedangkan paman Arif hanya seorang pengawal, berarti paman Arif dong yang harus mendatangi nanda, bunda” kata Muthia sambil memiringkan bibirnya, pertanda bahwa dia sedang kesal.

“Nanda, jangan pernah menganggap orang lain itu lebih rendah dari kita. Kita dengan orang lain, di mata Allah itu sama, tidak ada yang lebih rendah dari yang lain. Walau paman Arif pengawal dan nanda adalah putrid, tetap saja nanda yang harus menemui paman Arif. Hal ini terjadi, Karena nanda yang membutuhkan bantuan beliau, selain itu nanda pun lebih muda dari paman Arif.”

“baiklah, bunda. Nanti nanda yang akan mendatangi paman Arif.
Akhirnya putri Muthia sadar, walau dia seorang putri bukan berarti ia bisa menganggap remeh orang lain. Walau dia seorang putri dia bisa menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar